Skip to main content

Buku Burung

Momen Hari Buku Nasional baru lewat. Jadi, mestinya tulisan ini buat 17 Mei lalu. Tapi, nggak papa, toh bulannya masih sama.


Banyak tema yang disodorkan orang-orang dalam memperingati Hari Buku Nasional. Ada yang membuat rekomendasi bacaan versinya. Bernada macam: 'buku yang harus dibaca sebelum umur kamu 40'. Ada pula yang menulis persinggungan dan keintiman seseorang dengan buku.

Ada juga insan buku yang mengupas seluk-beluk dunia penerbitan, kecenderungan minat baca atau ragam ketersediaan tema bacaan. Soal-soal yang menggelitik saya untuk juga menengok dunia buku perburungan tanahair. Mari melihat sama-sama.

Dari data koleksi bibliografi yang saya kumpulkan, dalam kurun satu dekade terakhir (2011-2020), ada 72 judul buku burung dengan cakupan kawasan Indonesia yang terbit. Data ini sangat mungkin nggak lengkap ya. Bisa saja ada judul yang terlewat radar (silakan cek lampiran di akhir tulisan, siapa tau ada yang terlewat).

Dari total 72 judul itu, sebagian besarnya (66 judul), diterbitkan secara lokal. Bolehlah tepuk tangan. Sebagian besar judul adalah terbitan dalam negeri, karya orang Indonesia sendiri. 

Mari menyoroti karya lokal itu saja. 

Di satu dekade terakhir, berarti rata-rata hampir 7 judul buku yang terbit tiap tahunnya. Tahun 2015 jadi yang paling produktif, dengan 13 judul. Paling seret tahun 2012, 2014, dan 2020. Hanya ada 4 judul yang terbit.

Nah, rata-rata nyaris 7 judul setahun itu termasuk banyak atau sedikit? Susah juga untuk membuat patokan atau perbandingan. Saya nggak nemu informasi jumlah terbitan buku burung di negara lain, macam Amerika atau Inggris.

Tapi, mari menengok data Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi). Hasil risetnya tahun 2015 menyebut, ada sekitar 30.000 judul buku yang terbit di Indonesia. So, kalau pakai itu, dunia perburungan mampu menyumbang 0,02 persen judul dari total terbitan. Itu banyak atau sedikit?

Saya cenderung bilang itu sedikit. Sedikit banget bahkan. Apalagi kalau dikeker lebih dalam, soal genrenya. Sebagai karya nonfiksi, buku-buku burung yang terbit itu coba saya kelompokkan dalam 4 kategori buku: panduan, teks, monografi, dan ensiklopedia.

Genre buku panduan tentu sudah sangat familiar buat pengamat burung. Berupa panduan lapangan atau pengenalan jenis burung kawasan tertentu. Kelompok buku ini jadi yang paling dominan. Jumlahnya mencapai 55 judul. Itu berarti 89% dari keseluruhan judul yang terbit. 

Keberadaan kategori lain jelas jomplang. Hanya ada 7 judul dalam kategori buku teks. Padahal, buku-buku golongan referensi atau bahan ajar ini ada di urutan kedua terbanyak. Terwakili oleh, misalnya Ornitologi: Sejarah, Biologi, dan Konservasi karya Nia Kurniawan & Adityas Arifianto. Terbitan UB Press Malang itu hadir di 2017.

Kategori monografi ada di urutan berikutnya. Buku dengan tema spesifik tersebut—dalam hal ini yang mengupas satu spesies tunggal—diwakili oleh 3 judul. Ada Garuda mitos dan faktanya di Indonesia (2012), Kakatua langka Abboti dan Kepulauan Masalembu (2013), dan Bio-ekologi dan konservasi gelatik jawa (Padda oryzivora) (2015).  

Buku jenis ensiklopedia ada di nomor buncit. Hanya satu judul: Atlas Burung Indonesia: wujud karya peneliti amatir dalam memetakan burung nusantara. Buku yang terbit di penghujung 2020 itu memuat informasi mengenai sebaran burung, status terkini, lengkap dengan peta dan ilustrasi tiap jenisnya. Ia jelas bukan buku panduan karena tidak ada informasi mengenai deskripsi morfologi atau suara untuk pengenalan jenis.

Meskipun masih sangat sedikit, tapi kehadiran buku-buku itu harus dan penting untuk diapresiasi. Penerbitannya perlu terus didorong. Judul apa pun. Termasuk untuk genre buku panduan yang telah sangat dominan itu. Sebagai panduan untuk kawasan yang cukup spesifik, dalam lingkup wilayah yang relatif kecil, tentu akan menarik kalau porsi informasi yang bersifat lokal lah yang banyak tersuguh. Bagian pendahuluan bisa diperkaya dengan informasi umum kawasan, petunjuk mencapainya, teknik dan lokasi penting guna menemukan burungnya, hingga cara penyusun mendapatkan data atau mencari foto. 

Bisa pula diperkaya dengan informasi yang bersumber dari pengetahuan setempat terkait burung. Apalagi bila kawasan yang jadi kupasan buku adalah wilayah yang masyarakatnya masih bersinggungan erat dengan hutan atau masih memegang erat adat istiadat. Soal ini, Burung-burung di Taman Nasional Matalawa merupakan contoh yang baik dan layak ditiru. Informasi terkait etnoornitologi di dalamnya begitu padat dan memperkaya pengetahuan.

Intinya, buku panduan lokal harus kaya informasi lokal. Tidak perlu selalu plek mengikuti alur deskripsi gaya buku-buku panduan yang sudah ada. Meski akan sulit, tapi sebisa mungkin dihindari.

Di luar genre buku panduan, tema-tema lain masih menyisakan ruang kosong. Sedemikian luasnya, sampai kalau ada yang teriak di ruang itu, gemanya nggak ilang-ilang

Buku teks soal metode survei burung baru ada satu. Itu pun terjemahan dan sudah lewat dua dekade. Tidak adakah yang tertarik memodifikasi, menuliskan dari hasil kajian di wilayah Indonesia sendiri, misal? Agar para mahasiswa, calon peneliti burung atau ornitolog muda bisa belajar dan menjadikannya pegangan. Belum lagi buku yang mengupas tuntas satu spesies atau kelompok jenis. Jumlahnya masih bisa dihitung jari. Sementara jenis endemik Indonesia sebegitu banyaknya. 

Belum lagi buku terkait sejarah, biografi, juga memoar perjalanan. Tema-tema yang masih sangat kering. Sedikit sekali terisi—untuk menghindari bilang nihil. Padahal, kiprah seseorang, cerita-cerita perjalanan karir ornitolog atau ekspedisi yang pernah dijalankan, sangat penting untuk dibagi. Bacaan seperti itu akan mampu jadi refleksi, memperkaya pengetahuan, dan memberi inspirasi.

Buku yang hanya tentang burung, uraian-uraian spesies, akan kemudian membuat burung seperti subyek yang berdiri sendiri. Seakan teraleniasi dari persinggungan manusia. Padahal, banyak kisah yang terjadi di balik penemuannya. Banyak informasi yang dapat tergali dari pengetahuan para pelaku atau masyarakat tentangnya.

Seberapa pun banyaknya jumlah terbitan, tidak akan begitu memberi arti kalau hanya didominasi satu-dua tema. Keberagaman tema penting, agar makin kaya literasi perburungan tanahair. 

Jadi, yuk, terus canangkan membaca buku. Dan setidaknya sekali dalam hidup, terbitkan buku. Tentang burung atau manusianya.

Buku burung terbitan nasional 2011-2020 (dengan beberapa tautan ulasan)

2011

  • Arini, D.I.D., S. Shabri, Y. Kafiar, S. Tabba & H. Kama. 2011. Keanekaragaman avifauna beberapa kawasan konservasi Propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo. Balai Penelitian Kehutanan Manado: Manado.
  • Ayat, A. 2011. Burung-burung agroforest di Sumatera. World Agroforestry Centre-ICRAF, SEA Regional Office: Bogor.
  • Gitayana, A. 2011. Seri buku informasi dan potensi burung air Taman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional Alas Purwo: Banyuwangi.
  • Iqbal, M. & D. Setidjono. 2011. Burung-burung di hutan rawa gambut Merang-Kepayang dan sekitarnya. Merang REDD Project: Palembang. [baca: Merang-Kepayang dan Batu Hijau]
  • Kristanto, A. & D. Istanto. 2011. Burung Ibu Kota, panduan mengamati dan memotret burung-burung di Jakarta. Jakarta Birdwatchers Society: Jakarta.
  • Mustari, A.H. & Y.A. Mulyani. 2011. Buku panduan lapang burung Kampus IPB Dramaga. HIMAKOVA – IPB: Bogor.
  • Winnasis, S., Sutadi, A. Toha & R. Noske. 2011. Birds of Baluran. Taman Nasional Baluran: Situbondo. [baca: Si Tripel B, Kehormatan ‘Tikel-tikel’]

2012

  • Purwanto, E., Z. Nisaa’, Y. Kabangnga & S. Djumadi. 2012. Burung Taman Nasional Kutai. Balai Taman Nasional Kutai: Bontang.
  • Rakhman, Z. 2012. Garuda mitos dan faktanya di Indonesia. Raptor Indonesia: Bogor.
  • Sari, S.M. 2012. Jenis burung hutan mangrove di areal PT. Bina Ovivipari Semesta dan sekitarnya. Self publishing.
  • Susanto, H. 2012. Jenis burung Taman Nasional Karimunjawa. Balai Taman Nasional Karimunjawa: Semarang. [baca: “Jenis Burung Taman Nasional Karimunjawa”, Buku “Digiscoping” Pertama di Indonesia] 

2013

  • Fadrikal, R., M.H. Amin & H.P. Butar-butar. 2013. Burung-burung kawasan Kabupaten Banggai. Dinas Kehutanan Banggai: Sulawesi Tengah.
  • Fakultas Kehutanan UGM. 2013. Mamalia dan aves Duri Field. Fakultas Kehutanan UGM-Chevron Pacific Indonesia: Yogyakarta.
  • Kurnianto, A.S. 2013. Burung-burung di Kampus Brawijaya. Penerbit Galaxy Science: Malang.
  • Nandika, D., D. Agustina, S. Metz & B. Zimmermann. 2013. Kakatua langka Abboti dan Kepulauan Masalembu. KKI-LIPI: Jakarta.
  • Purwanto, A.A. 2013. Panduan lapangan burung pemangsa di kawasan konservasi BBKSDA Jatim. BBKSDA JATIM: Surabaya.
  • Tirtaningtyas, F.N. & I. Febrianto. 2013. Burung pantai-Panduan lapangan di Pantai Cemara Jambi. WCS-Indonesia Programme: Bogor.
  • Yayasan Kanopi Indonesia. 2013. Flora dan fauna di Terminal BBM Rewulu, edisi burung dan serangga. Yayasan Kanopi Indonesia: Yogyakarta.
  • Yuniatmoko, I. & E. Nurcahyadi. 2013. Jenis burung Taman Nasional Gunung Merapi. Balai Taman Nasional Gunung Merapi: Yogyakarta.

2014

  • Dewi, B.S. & S.P. Harianto. 2014. Konservasi burung di kawasan budidaya lahan kering. Graha Ilmu: Yogyakarta.
  • Kurnianto, A.S., P. Firmansyah, A. Aulia A. & E. Narjito. 2014. Sayap-sayap Meru Betiri: mengenal keanekaragaman burung di Taman Nasional Meru Betiri. Balai Taman Nasional Meru Betiri: Jember.
  • Supriatna, A.A., W. Novarino & D.M. Prawiradilaga. 2014. Jenis raptor di Indonesia, pengantar pengenalan jenis di lapangan. Raptor Conservation Society: Cianjur.
  • Yassir, I. & T. Atmoko. 2014. Burung dan kelelawar di lahan bekas tambang batubara. Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam: Balikpapan.

2015

  • Harianto, A. Andono, M. Hasan, Y.N Dewi, T. Triprajawan, I.M. Artawan, U. Suparman & D. Syarifudin. 2015. Buku informasi burung pemangsa [raptor] di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango: Cianjur.
  • Hidayat, O. 2015. Habitat dan keanekaragaman burung Teluk Kupang. Penerbit IPB Press: Bogor.
  • Iskandar, J. 2015. Keanekaan hayati jenis binatang; manfaat ekologi bagi manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta.
  • Kusumanegara, H., G.D. Untara, K. Wahyudi, T.E. Nurdian & A. Subagja. 2015. Burung-burung Taman Nasional Bali Barat. Balai Taman Nasional Bali Barat: Jembrana.
  • Leksmana, M.K. & S. Syahril. 2015. Pengamatan burung liar di Banjarharjo I, buku panduan dan aktifitas. Self publishing.
  • Mallo, F.N. 2015. Burung-burung di Taman Nasional Lore Lindu, catatan ekologi, konservasi dan status keberadaan jenis. Celebes Bird Club-Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran: Bandung.
  • Mallo, F.N., D.D. Putra, A. Rahman, Herlina & M.I.N. Mallo. 2015. Gagak banggai dan burung-burung di Kepulauan Banggai-Sula. Celebes Bird Club-Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran: Bandung.
  • Setiyono, J., S. Diniarsih, E.N. Setyaningrum, W.S. Rahadi & N. Kamaludin. 2015. Sisi lain Kendeng Utara: Keanekaragaman capung, kupu-kupu dan burung Pegunungan Karst Kendeng Pati Jawa Tengah. Sheep Indonesia Foundation: Pati.
  • Soendjoto, M.A., M.K. Riefani, D. Triwibowo & F. Wahyudi. 2015. Avifauna di area reklamasi PT Adaro Indonesia. Universitas Lambung Mangkurat Press: Banjarbaru.
  • Taufiqurrahman, I., I.P. Yuda, M. Untung, E.D. Atmaja & N.S. Budi. 2015. Daftar burung Daerah Istimewa Yogyakarta. Yayasan Kutilang Indonesia: Yogyakarta. [baca: Daftar Burung DIY: Ketika tanya tak sesederhana jawabnya]
  • Wicaksono, G., A. Baihaqi, J. Fahira & M. Afianti. 2015. Burung-burung di Ancol Taman Impian, panduan pengamatan burung di kawasan Ancol Taman Impian. Lembaga Penerbitan Universitas Nasional: Jakarta.
  • Yuda, P. 2015. Bio-ekologi dan konservasi gelatik jawa (Padda oryzivora). Cahaya Atma Pustaka: Yogyakarta.
  • Yuniatmoko, I. & E. Nurcahyadi. 2015. Mengenal jenis burung Taman Nasional Gunung Merapi. Balai Taman Nasional Gunung Merapi: Yogyakarta.

2016

  • Abdullah, A.Z. & Z. Assiddiqi. 2016. Panduan lapang burung Kampus UNY Karangmalang Yogyakarta. UNY Press: Yogyakarta.
  • Hadi, S., R. Susandarini, S. Nurleily, Marliana, R. Eprilurahman, D.S. Yudha, H. Ambar & A. Purnomo. 2016. Keanekaragaman flora dan fauna Daerah Aliran Sungai Pakerisan Kabupaten Gianyar. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
  • Higuchi, H. 2016. Rekam jejak perjalanan migrasi burung menggunakan teknologi sattelite-tracking. IPB Press: Bogor.
  • Kamaludin, N., D.W. Pamungkas, A. Nugrahaningrum & W.S. Rahadi. 2016. Mengungkap potensi hulu Bengawan Solo, khazanah hayati capung, burung, dan kupu-kupu. Indonesia Dragonfly Society-Perum Jasa Tirta I: Yogyakarta.
  • Mallo, F.N., D.D. Putra, A. Rahman, M.I.N. Mallo, Sahardin, W. Raharjaningtrah & Y. Masala. 2016. Burung-burung di Cagar Alam Morowali, catatan ekologi, konservasi dan status keberadaan jenis. Celebes Bird Club-Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran: Bandung.
  • Sayogo, A.P. 2016. Burung-burung Gunung Bondang, panduan identifikasi jenis-jenis burung di kawasan Gunung Bondang, Kalimantan Tengah. Gramedia: Jakarta.
  • Suana, I W., S. Amin, H. Ahyadi, L.A.T.T.W.S. Kalih & G. Hadiprayitno. 2016. Birdwatching di Taman Wisata Alam Kerandangan. K-Media: Yogyakarta.
  • Yansyah, E. & R. Windesi. 2016. Photographic guide to the birds of Raja Ampat West Papua Indonesia. Self publishing: Sorong.

2017 [baca: Buku burung di 2017

  • Febrianto, I., C.D. Handono & H. Ferdiansyah. 2017. Jenis-jenis burung di area konservasi mangrove PHE WMO (Bangkalan dan Gresik). PT Eco Sains Indonesia: Gresik.
  • Iskandar, J. 2017. Ornitologi dan etnoornitologi. Plantaxia: Bandung.
  • Kurniawan, N. & A. Arifianto. 2017. Ornitologi: sejarah, biologi, dan konservasi. UB Press: Malang.
  • Nugroho, S.Y. & A. Nurhidayat. 2017. Biodiversitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (burung). Suka Press UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
  • Prasetya, K.N. & A. Siswoyo. 2017. Burung-burung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru: Malang.
  • Putra, A.D.K., A.L. Muda & Mahroji. 2017. Burung-burung Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata: Sofifi.
  • Yusuf, L.R., S. Onggo E.H., B.E. Purnama, R. Bintoro & H. Andri. 2017. Burung-burung di Taman Nasional Matalawa. Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti: Waingapu.
  • Handayani, K.P., A.A. Purwanto, E. Ratnaningrum & M.F. Jauhar. 2017. Burung-burung di Taman Nasional Gunung Merbabu. Balai Taman Nasional Gunung Merbabu: Boyolali.

2018

  • Alikodra, H.S. 2018. Konservasi burung air: perjuangan melawan kepunahan. IPB Press: Bogor.
  • Amin, S. & M.S. Yusuf. 2018. Seri keanekaragaman hayati: burung di Lombok dan Sumbawa. Ecoline-Pusat Kajian dan Pengembangan Sumber Daya: Mataram. [baca: Burung Lombok dan Sumbawa, a truly local guide-nya NTB]
  • Baskoro, K. 2018. Avifauna Semarang Raya: atlas biodiversitas burung kawasan Semarang. Pecinta Alam Haliaster, Universitas Diponegoro: Semarang.
  • Sutiyarto, E., J. Wahyudi & E. Ratnaningrum. 2018. Burung-burung di Taman Nasional Gunung Merbabu. Balai Taman Nasional Gunung Merbabu: Boyolali.

2019

  • Janra, M.N. 2019. Avifauna Limau Manis. Murai Kencana: Padang.
  • Landolt, J. 2019. Birds of Bukit Lawang. PPLH Bohorok: Langkat(?).
  • Haryono, M. [ketua tim penyusun]. 2019. Buku panduan identifikasi burung dilindungi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta.
  • Purnomo, H., A. Irwanto, B. Suseno, Fajar DNA, R. Hindriatni, Setyadi, E. Kurnia, Ardiyanto & T. Pambudi. 2019. Keanekaragaman jenis burung di Cagar Alam Pulau Sempu. Balai Besar KSDA Jawa Timur: Sidoarjo.
  • Taufiqurrahman, I., I. Saumanuk, D. Tatebburuk, M. Sakaliou & A. Setiawan. 2019. Burung-burung Kepulauan Mentawai. Yayasan SwaraOwa: Yogyakarta.
  • Yusuf, M.S., S. Amin & H. Bashari. 2019. Burung-burung di kawasan barat Pulau Obi. Ecoline-Pusat Kajian dan Pengembangan Sumber Daya: Mataram.

2020

  • Aryanti, N.A., I.N. Ardiansyah, R.T. Matovani, D.A. Pertiwi & G. Salsabila. 2020. Buku saku panduan burung di hutan lindung RPH Sumbermanjing Kulon KPH Malang. CV. Edu Litera: Malang. 
  • Atlas Burung Indonesia. 2020. Atlas Burung Indonesia: wujud karya peneliti amatir dalam memetakan burung nusantara. Yayasan Atlas Burung Indonesia: Batu. [baca: ABI: Kedaulatan Ornitologi dan Sains yang Membumi]
  • Iskandar, J. 2020. Etnoornitologi: nama-nama lokal jenis-jenis burung di Indonesia. Innosain: Yogyakarta.
  • Mulyani, Y.A. & M. Iqbal. 2020. Burung-burung di kawasan Sembilang Dangku. Zoological Society of London: Indonesia.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dua Abad Ornitologi Jawa: Cuitan Pembuka

Tahun 2021 hampir tamat. Namun ada irisan peristiwa yang membuat tahun ini jadi momentum dua abad buat perburungan tanah Jawa. Lewat dua publikasi di 1821, Jawa muncul mewarnai jagad ornitologi.  Tak ingin melewatkannya, saya pun menyusun naskah kecil berjudul "Dua Abad Ornitologi Jawa", dengan sub-judul  " Thomas Walker Horsfield, Karyanya di 1821, dan Perkembangan Perburungan oleh Anak Negeri " . Setelah penggarapan sepanjang Januari hingga April, buku ringan ini kemudian dicetak khusus dan sangat terbatas. Usai itu, saya meminta kesediaan beberapa peneliti burung Tanah Air untuk ikut membacanya. Pak Soma [Prof. Dr. Soekarja Somadikarta  (Emeritus )], Pak Pram [Ir. Ign. Pramana Yuda. M.Si., Ph.D], Bu Ani [Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc], dan juga Dr. Sebastian van Balen. Hingga kemudian saatnya kini saya bermaksud mencetaknya kembali. Kali ini untuk menghadirkannya ke khalayak yang lebih luas, dengan isi yang diperkaya asupan dan masukan para ornitolog, terma

Sebuah buku berisi kata pengantar

  ... karena buku, sebagaimana setiap kitab dari pengarang mana pun yang pernah melihat terbit dan terbenamnya matahari, tidak lain daripada kata pengantar kepada buku lain lagi kelak di kemudian hari, yang jauh-jauh lebih penting. (Daniel Dhakidae) Tanpa pernah membayangkan bikin  field guide ,  tau-tau  "Panduan lapangan burung-burung di Indonesia seri 1: Sunda Besar" terbit. Dan terlibat di penyusunannya adalah anugerah.  Di awal, saya tak serius menanggapi kala Kang Swiss melontarkan ide penggarapan. Saat itu penyusunan buku Atlas Burung Indonesia (ABI) hampir rampung. Pekerjaan berat yang dilakukan tim Gantangan (sebutan untuk tim penyusun) setelah maraton setiap hari nyaris setahun, bisa dibilang sudah selesai. Pikir saya, mosok baru aja mau ambil napas, sudah diajak menyelam lagi. Mungkin anggota tim lain yang terlibat dalam obrolan di Batu itu menyambut dengan antusias. Tapi, saya hanya ingin kembali menjalani hidup sebagai manusia normal. Tak ingin otak ketambahan