Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2022

Desa-desa burung di Jawa #3: Cimanuk

  Wilayah Cimanuk dalam peta Jawa, 1817. Ada dua desa bernama Cimanuk yang jadi kunjungan kali ini. Namanya identik, sama persis.  Desa tersebut masing-masing mewakili Kabupaten Pandeglang dan Tasikmalaya. Desa Cimanuk di Pandeglang, masuk dalam kecamatan yang bernama sama, Cimanuk. Sementara Desa Cimanuk di Tasikmalaya, berada di Kecamatan Cikalong.  Sebelum kita ke sana, dua tulisan desa-desa burung sebelumnya dapat dibaca di tautan berikut: Desa-desa burung di Jawa #1: Manuk Desa-desa burung di Jawa #2: Manukan Sebagai penamaan tempat, penyebutan 'cimanuk' sebenarnya tak hanya digunakan sebagai nama desa. 'Cimanuk', misalnya, juga merujuk pada nama sungai. Dalam catatan Tomé Pires di Suma Oriental (ditulis antara 1512-1515 ),  Chi Manuk (Chemano) merujuk sebagai nama sungai yang menjadi batas wilayah Sunda dan Jawa.     Desa Cimanuk, Kecamatan Cimanuk, Pandeglang Saya tidak menemukan informasi asal nama maupun sejarah dari kedua desa. Namun, dalam situs resmi Kecamat

BirdingASIA 37, edisinya pelanduk kalimantan

Sampul BirdingASIA 37 dengan foto pelanduk kalimantan oleh Boas Emmanuel. Diambil dari laman orientalbirdclub. “It is clear, therefore, that, from what is known of it, Borneo does not offer a very tempting field for the researches of the ornithologist.”  (Alfred Russel Wallace) Setelah lama tidak mengulas BirdingASIA, hadirnya edisi 37 (Juni 2022) sepertinya tak bisa dilewatkan. Ya, tentu saja karena pelanduk kalimantan. Tapi, mohon maaf dan harap maklum sebelumnya kalau tulisan ini telat banget . Baru sekarang bisa merampungkan ulasannya. Tak ada alasan khusus, selain kehabisan daya buat ngetik . Oke, langsung ke topik.  Ada dua hal yang menjadikan edisi 37 penting dan layak dapat sorotan. Pertama, dari sampul muka. Foto pelanduk kalimantan terpampang di sana, diabadikan oleh Boas Emmanuel.  Si burung tampil dengan sungguh fotogenik. Ia bertengger tegak pada sebuah dahan melengkung sembari membuka paruhnya, menunjukkan tengah berkicau.  Penting dicatat, karya itu menempatkan Boas sete

Sebuah buku berisi kata pengantar

  ... karena buku, sebagaimana setiap kitab dari pengarang mana pun yang pernah melihat terbit dan terbenamnya matahari, tidak lain daripada kata pengantar kepada buku lain lagi kelak di kemudian hari, yang jauh-jauh lebih penting. (Daniel Dhakidae) Tanpa pernah membayangkan bikin  field guide ,  tau-tau  "Panduan lapangan burung-burung di Indonesia seri 1: Sunda Besar" terbit. Dan terlibat di penyusunannya adalah anugerah.  Di awal, saya tak serius menanggapi kala Kang Swiss melontarkan ide penggarapan. Saat itu penyusunan buku Atlas Burung Indonesia (ABI) hampir rampung. Pekerjaan berat yang dilakukan tim Gantangan (sebutan untuk tim penyusun) setelah maraton setiap hari nyaris setahun, bisa dibilang sudah selesai. Pikir saya, mosok baru aja mau ambil napas, sudah diajak menyelam lagi. Mungkin anggota tim lain yang terlibat dalam obrolan di Batu itu menyambut dengan antusias. Tapi, saya hanya ingin kembali menjalani hidup sebagai manusia normal. Tak ingin otak ketambahan