Skip to main content

Desa-desa burung di Jawa #3: Cimanuk

 

Wilayah Cimanuk dalam peta Jawa, 1817.

Ada dua desa bernama Cimanuk yang jadi kunjungan kali ini. Namanya identik, sama persis. 

Desa tersebut masing-masing mewakili Kabupaten Pandeglang dan Tasikmalaya. Desa Cimanuk di Pandeglang, masuk dalam kecamatan yang bernama sama, Cimanuk. Sementara Desa Cimanuk di Tasikmalaya, berada di Kecamatan Cikalong. 

Sebelum kita ke sana, dua tulisan desa-desa burung sebelumnya dapat dibaca di tautan berikut:

Desa-desa burung di Jawa #1: Manuk

Desa-desa burung di Jawa #2: Manukan

Sebagai penamaan tempat, penyebutan 'cimanuk' sebenarnya tak hanya digunakan sebagai nama desa. 'Cimanuk', misalnya, juga merujuk pada nama sungai. Dalam catatan Tomé Pires di Suma Oriental (ditulis antara 1512-1515), Chi Manuk (Chemano) merujuk sebagai nama sungai yang menjadi batas wilayah Sunda dan Jawa.    

Desa Cimanuk, Kecamatan Cimanuk, Pandeglang

Saya tidak menemukan informasi asal nama maupun sejarah dari kedua desa. Namun, dalam situs resmi Kecamatan Cimanuk, terdapat penjelasan yang baik akan arti penamaan. Saya kutip keterangannya:

Secara etimologis dalam Bahasa Sunda Ci ringkesan tina kecap “cai” (terj. Ci merupakan ringkasan dari kata Cai yang berarti air). Manuk hewan pamatukan osok bisa hiber (terj. Hewan berparuh yang biasa terbang), dalam Bahasa Indonesia Manuk berarti Burung. Nama Cimanuk juga dipakai untuk sungai yang berada di wilayah Kabupaten Pandeglang.

Arti ‘cimanuk’ tersebut cukup gamblang. Banyak nama tempat di wilayah Sunda yang berkaitan dengan unsur air, dan ci terbilang yang paling umum.

Dari letaknya, Desa Cimanuk, Pandeglang, berada di antara dua gunung: Pulosari dan Karang. Gunung yang terakhir menjadi salah satu lokasi kunjungan Thomas Horsfield. Ia datang ke gunung berketinggian 1.778 meter itu di penghujung 1818, menjelang akhir penjelajahannya.

Yang menarik, di era itu wilayah Cimanuk telah dikenali. Tertulis 'Chimanok', sebagaimana tampak dalam Peta Jawa yang termuat dalam History of Java, 1817. 

Saya tidak menemukan apa status Cimanuk di kurun lebih dari dua abad lalu itu. Namun, dalam perkembangan berikutnya, pada 1874, Cimanuk tercatat sebagai salah satu kewedanaan di Pandeglang. Mengutip Wikipedia, kewedanaan atau kewedanan adalah sebuah wilayah administratif pemerintahan yang tingkatannya berada di antara kabupaten dan kecamatan.

Sepertinya wilayah Cimanuk menyimpan banyak lagi cerita sejarah. Anda tertarik mengungkapnya? 

Desa Cimanuk, Kecamatan Cikalong, Tasikmalaya 

Berbeda dengan yang di Pandeglang, letak Desa Cimanuk Tasikmalaya ada di pesisir selatan. Sebagai wilayah pesisir, Desa Manuk memiliki pantai-pantai yang dikembangkan menjadi obyek wisata. Terdapat Pantai Cimanuk dan Pantai Karangtawulan. 

Menariknya, di hadapan Pantai Cimanuk terdapat Pulau Nusa Manuk. Dan sebagaimana namanya, pulau karang tersebut dihuni oleh banyak burung. Penjelasan itu ada di laman Direktori Pulau milik Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan. 

Sumber lain juga mengungkap hal yang sama. Seperti dalam berita berjudul Tasikmalaya: Pulau di Jalur Wisata Pangandaran Ini Jadi Lokasi Kerajaan Burung, Ini Faktanya, dari Desk Jabar Pikiran Rakyat, 6 Januari 2022. 

Abdul Latif yang memberitakan, memberi laporan. “Nusa Manuk menjadi kerajaan burung baik burung laut atau pun burung biasa dari daratan,” tulisnya. “Setiap sore burung burung dari darat kerap menginap di pulau Nusa Manuk.”

Lebih lanjut, Abdul Latif juga mewawancara Sekretaris Desa Cimanuk, Agus Salimudin. Sang Sekdes menerangkan bahwa kelompok burung laut memilih pulau yang sebelah timur. Di lokasi tersebut, hanya terdapat karang tanpa ada semak belukar. 

Bila pada musim kawin, pulau akan tampak putih karena dipenuhi burung. Agus menyebut dua jenis burung, camar dan kuntul, yang biasa datang untuk bertelur. Ia menambahkan, tak ada warga yang mengambil telur atau anakan.

Dari citra Google Earth, Pulau Nusa Burung memiliki dua pulau utama. Di pulau pertama, tampak sebuah bangunan mercusuar dengan vegetasi hijau di sekelilingnya.

Pulau Nusa Manuk di Desa Cimanuk, Kecamatan Cikalong.
 

Mengacu Direktori Pulau, ketika laut surut pulau dapat dicapai dengan berjalan kaki. Cukup dangkal, hanya setinggi lutut orang dewasa. Sementara, pulau yang disebut-sebut sebagai lokasi berbiak burung laut, berada di sebelah tenggaranya.

Ada yang tertarik memastikan jenis-jenis burung apa yang berbiak di sana?

Comments

Popular posts from this blog

Di balik paper: Dara-laut jambon berbiak di Kep. Karimunjawa

Judul makalah si jambon pada jurnal Treubia Burung Karimunjawa masih saja menyimpan hal menarik untuk digali dan ditulis. Dara-laut jambon misalnya, yang diam-diam ditemukan berbiak di sana. Temuan berbiak si jambon di kepulauan utara Jepara itu bermula dari (siapa lagi kalau bukan) sang penulis utama, Kang Hary Susanto. Saat belionya ke Karang Ketel, 24 Mei 2021, e ketemu sepasang yang tengah bersarang. Ada satu telur yang tengah dierami. Dikirimi fotonya, saya ya nggak bisa banyak komentar. Belum pernah lihat jambon sebelumnya. Tapi, usut punya usut, temuan Kang Hary itu trbilang penting. Tidak hanya dalam lingkup Jawa, namun juga Indonesia secara keseluruhan. Penting yang pertama, Karimunjawa menjadi lokasi berbiak baru bagi penetap berstatus jarang tersebut. Di Jawa, si jambon (pernah) tercatat berbiak di Pulau Dapur, Teluk Jakarta dan satu lokasi yang tidak diketahui persis di Jawa Barat. Satu telur dikoleksi dari masing-masing lokasi. Lokasi berbiak lain berasal dari dua lokasi

Di balik paper: Catatan ketinggian baru

Halaman pertama paper Setelah 2022 vakum tanpa paper, akhirnya saya bisa punya lagi di 2023. Nyaris nggak punya sebenarnya, karena meski dicantumkan dalam edisi Juli bernomor 32(1), papernya terbit di awal 2024. Maksud hati ingin paper yang mencatat ketinggian baru beberapa jenis burung di Jawa itu (silahkan unduh di sini ) bisa terbit di 2022 mengiringi buku panduan. Dalam buku, draf paper sudah dipakai dengan sitasi tertulis in prep. Tapi, apa daya. Berbahasa Indonesia tidak menjamin paper hasil keroyokan itu bakal gampang terselesaikan. Begitu menerima hasil tinjauan, dua peninjau atau reviewer bertanya dan meminta tambahan penjelasan mengenai mengapa fenomena itu bisa terjadi. Paper harus dikembangkan dengan menguraikan alasan-alasan yang memungkinkan. Sungguh di luar dugaan. Karena umumnya, paper hasil pengamatan insidental hanya menguraikan hasil observasi dan hal-hal yang membuatnya menjadi penting atau bernilai kebaruan. Tidak sampai menganalisa penyebab fenomena yang

Penguin di Jawa

Uraian Meyer (1884) terkait penguin di Jawa. Dari sedemikian banyak jenis burung di dunia, menurut saya penguin jadi salah satu yang teraneh. Lebih aneh lagi, ia ternyata pernah tercatat hadir di Jawa. Adalah Adolf Bernhard Meyer, seorang ornitolog Jerman, yang menyampaikan itu lewat makalahnya tentang burung Hindia Timur. Makalah tersebut ia sampaikan dalam kongres ornitologi internasional di Wien, 7-14 April 1884. Dari 153 jenis yang tertera, ada Southern Rockhopper Penguin Eudyptes chrysocome di sana. "Seorang nelayan," buka Meyer dalam uraiannya, "menemukan spesimen [penguin tersebut] di pantai dekat Batavia; demikian menurut komunikasi yang disampaikan Tn. v. Schierbrand pada saya." Uraiannya masih agak panjang, tapi saya potong saja di situ. Soalnya, dari satu kalimat singkat itu saja banyak hal menarik untuk dikupas. Tiga saja lah ya. Pertama, sang nelayan bisa dipastikan inlander. Kalau ia dari bangsa kolonial namanya tentu tertera, sebagaimana Meyer menyeb