Skip to main content

Posts

Jejak Spesimen dari Yogyakarta

Dalam  Daftar Burung Daerah Istimewa Yogyakarta , tertuang pernyataan dari Gerlof Fokko Mees. Terpampang guna membuka kata pengantar, kurator museum asal Belanda itu menulis begini: The Sultanate of Djokjakarta is completely unknown; to my knowledge not a single bird has ever been collected there for scientific purposes. Kutipan tersebut berasal dari buku yang ia terbitkan pada 1996, Geographical variation in birds of Java . Itu seakan menjadi penegasan akan miskinnya eksplorasi burung di Bumi Mataram—setidaknya yang berlangsung sepanjang era keemasan pencarian dan penemuan hal baru. Yogyakarta sebagai wilayah bertuan, memang seperti dilewatkan. Mungkin tak sembarang orang bisa dan berani menjelajah. Harus seizin sang penguasa tanah Mataram. Mungkin para naturalis berpikir wilayah Yogyakarta nggak ada apa-apanya  dibanding luasnya wilayah Jawa yang ada di penguasaan kolonial.  Daripada sulit dan repot, lebih baik berfokus pada daerah lain di barat, tengah, dan timur...

Gang-gang Sepi Ornitologi Negeri: Paleoornitologi

Awetan bangau tongtong dan sandanglawe, terpajang di Fakultas Biologi Unsoed. Kalau ada bidang kajian perburungan Indonesia yang menantang dan nyaris kering kerontang dari publikasi, mungkin itu paleoornitologi. Cabang ilmu satu ini terbilang sangat sepi. Publikasi hasil kajian fosil, temuan belulang tua dari penggalian di situs arkeologi, nggak mesti ada setahun sekali. Mungkin karena peralatan yang dibutuhkan berbeda dari kebiasaan. Bukan bino mono, melainkan kapak, cukil, dan kuas. Burungnya bukan pula yang di hutan, tetapi yang terpendam di situs-situs arkeologi. Satu hal, disiplin ilmu yang mendasarinya memang berbeda. Namun, lewat bidang ini, Hanneke Meijer dan Rokus Awe Duwe mampu menemukan spesies burung baru—yang langsung masuk kategori punah.  Mereka menamainya Leptoptilos robustus . Tertuang dalam makalah berjudul A new species of giant marabou stork (Aves: Ciconiiformes) from the Pleistocene of Liang Bua, Flores (Indonesia) . Makalah ilmiah di jurnal bergengsi Zoologic...

Gang-gang Sepi Ornitologi Negeri: Etnoornitologi

Boneka kayu kailaba dari Mentawai yang terpajang di Museum Adityawarman, Padang. Ibarat jalan raya, ornitologi Indonesia tak lagi terasa lengang. Di banyak bidang, perkembangannya terlihat pesat, ramai oleh berbagai temuan, hiruk-pikuk publikasi, dan kegiatan yang berlalu-lalang.  Tapi, bila menelusuri jalan itu sedikit lebih dalam, ternyata banyak gangnya yang masih terbilang sepi. Empat bidang yang setidaknya terasa kering, minim kajian. Kita mulai dari etnoornitologi. Sebagaimana kita tau , negeri ini kaya akan suku, bahasa, juga adat istiadat dan budaya. Setiap suku yang mendiami Nusantara dapat dikatakan memiliki kedekatan tersendiri dengan alam.  Terkait itu, akan ada hubungan, persinggungan antara manusia dan burung. Terwujud dalam mitologi, simbol-simbol, nama-nama lokal, atau cerita-cerita. Menjelma dalam beragam bentuk karya seni: lagu, tari, gambar, ukiran, patung, pantun, dan banyak lagi. Etnoornitologi menjadi satu bidang ilmu untuk mengungkap hal-hal itu. Dan den...